MONUMEN
Monumen ada dua pengertian yang dapat
dihubungkan dengan monumen, yaitu Relik Sejarah danBangunan
Peringatan.
Monumen sebagai relik sejarah dapat berupa benda-benda bergerak atau tidak
bergerak yang memiliki nilai sejarah bagi umat manusia. Dalam pengertian ini
situs sering pula disebut sebagai monumen.
Adapun monumen sebagai bangunan peringatan ialah bangunan-bangunan baru
yang dibuat untuk memperingati suatu peristiwa sejarah. Bangunan tersebut bisa
berupa tugu, batu berukuran besar, tembok, atau bentuk-bentuk lainnya. Jadi,
pengertian dasar monumen harus dikaitkan dengan nilai kesejarahannya.
Monumen jenis bangunan dibuat untuk memperingati seseorang
atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian
dari peringatan kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai
suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu.
Monumen juga seringkali dirancang untuk memuat informasi politik bersejarah,
sebagai bangunan untuk memperkuat citra keunggulan kekuatan politik.
1.MONUMEN JOGJA KEMBALI (MONJALI)
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada
tanggal 29 Juni 1985 dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu
pertama monumen setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan
upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya
pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya
diresmikan oleh Presiden Suharto dengan penandatanganan Prasasti.
Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi
perlambang kesuburan juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra
sejarah. Peletakan bangunanpun mengikuti budaya Jogja, terletak pada sumbu
imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parang
Tritis. " Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar Kehidupan" begitu
menurut Pak Gunadi pada YogYES. Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di
atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada
tempat berdirinya tiang bendera.
Nama Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya
kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik
mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan
kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi
lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.
Replika Pesawat Hingga Ruang Hening
Memasuki area monumen yang terletak sekitar tiga kilometer dari
pusat kota Jogja ini, pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di
dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki
podium di barat dan timur pengunjung bisa melihat dua senjata mesin beroda
lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun menuju pelataran depan kaki
gunung Monumen. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang
memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949
serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak
diketahui namanya.
Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat
jalan menuju bangunan utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu
masuk lantai satu yang terdiri dari empat ruang museum yang menyajikan
sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga
Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI. Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu
Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih tersimpan rapi di sana. Di samping
itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di sebelah ruang museum I.
Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini berfungsi
sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau
pesta pernikahan.
Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga
menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief
yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945
hingga 28 Desember 1949. sejumlah peristiwa sejarah seperti perjuangan fisik
dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya Presiden dan Wakil
Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara Keamanan Rakyat tergambar di
relief tersebut. Sedangkan di dalam bangunan, berisi 10 diorama melingkari
bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda menyerang Maguwo pada
tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem Royen, hingga
peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran,
dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah
ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding
barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha
itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan
mereka.
Selama ini perjuangan bangsa hanya bisa didengar melalui
guru-guru sejarah di sekolah, atau cerita seorang kakek pada cucunya. Monumen
Yogya Kembali memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana kemerdekaan itu
tercapai. Melihat berbagai diorama, relief yang terukir atau koleksi pakaian
hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang kemerdekaan. Satu tempat
yang akan memuaskan segala keingin tahuan tentang perjalanan Bangsa Indonesia
meraih kemerdekaan.
2.Museum
vulkanologi yogyakarta
Museum
Gunung Api Merapi (MGM), yang digadang menjadi geo-wisata di DIY diharapkan
menjadi wahana edukasi konservasi yang berkelanjutan serta pengembangan ilmu
kebencanaan gunungapi, gempabumi, dan bencana alam lainnya.
Lokasi MGM terletak di kawasan lereng Merapi, tepatnya di Jalan
Boyong, Dusun Banteng, Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
Dengan luas bangunan sekitar
4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektar, museum yang ke depan juga
akan dilengkapi dengan taman, area parkir, dan plasa ini ingin dikenal
masyarakat sebagai ‘Museum Gunungapi Merapi, Merapi Jendela Bumi’.
Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan,
penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan geologi
lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan
untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun
sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber
kebencanaan geologi lainnya. Museum Gunungapi ini diharapkan dapat menjadi
solusi alternatif sebagai sarana yang sangat penting dan potensial sebagai
pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya mencerdaskan kehidupan
masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana
geologi lainnya.
Informasi yang disampaikan di museum gunungapi diantaranya:
1. Informasi ilmiah kegunungapian, kegempaan dan gerakan tanah
yang merupakan proses dinamika geologi, dicerminkan diantaranya dalam informasi
model pembentukan, mekanisme terbentuknya maupun proses-proses yang
menyertainya.
2. Informasi fenomena gunungapi terbentuk sebagai hasil proses-proses geologi, yang tampil dipermukaan bumi diantaranya berupa bentang alam gunungapi, struktur geologi gunungapi, produk hasil letusan gunungapi, dan produk-produk hasil proses lainnya.
3. Informasi mitigasi bencana gunungapi, gempabumi, tsunami, gerakan tanah yang ditampilkan dalam bentuk informasi sistem monitoring, penelitian dan pengamatan, sistem peringatan dini, dan upaya mitigasi bencana diantaranya menyangkut sistem penyelamatan masyarakat terhadap ancaman bahaya letusan gunungapi, kegempaan dan gerakan tanah.
4. Informasi sumberdaya gunungapi, sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, pengembangan infra-struktur dan lainnya.
5. Informasi aspek sosial budaya diantaranya menyangkut kehidupan, budaya/tradisi, mitos dan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan dan keberadaan suatu gunungapi.
2. Informasi fenomena gunungapi terbentuk sebagai hasil proses-proses geologi, yang tampil dipermukaan bumi diantaranya berupa bentang alam gunungapi, struktur geologi gunungapi, produk hasil letusan gunungapi, dan produk-produk hasil proses lainnya.
3. Informasi mitigasi bencana gunungapi, gempabumi, tsunami, gerakan tanah yang ditampilkan dalam bentuk informasi sistem monitoring, penelitian dan pengamatan, sistem peringatan dini, dan upaya mitigasi bencana diantaranya menyangkut sistem penyelamatan masyarakat terhadap ancaman bahaya letusan gunungapi, kegempaan dan gerakan tanah.
4. Informasi sumberdaya gunungapi, sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, pengembangan infra-struktur dan lainnya.
5. Informasi aspek sosial budaya diantaranya menyangkut kehidupan, budaya/tradisi, mitos dan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan dan keberadaan suatu gunungapi.
3.Masjid
Al-Irsyad
Masjid
Al-Irsyad merupakan sebuah masjid yang
terletak di Bandung, Indonesia.
Masjid ini dibangun pada tahun 2009 dan
selesai pada tahun2010.
Bentuk masjid sekilas hanya seperti kubus besar laiknya bentuk bangunan Kubah
di Arab Saudi.
Dengan konsep ini, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur dinding
masjid.
Masjid
Al-Irsyad diresmikan pada 17 Ramadan 1431 Hijriah tepatnya 27 Agustus 2010
silam. Bangunannya unik, megah, dan kokoh. Beberapa bulan setelah dibangun,
masjid yang memiliki arsitektur memukau ini langsung menyabet penghargaan
bergengsi tingkat dunia.
Arsitektur
Desain
masjid dirancang mirip Kakbah. Warna dasarnya abu-abu. Penataan batu bata pada
keseluruhan dinding terlihat sangat mengagumkan. Batu bata disusun berbentuk
lubang atau celah di antara bata solid. Pembangunan masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil.
Dia menciptakan desain unik sebuah masjid yang memanfaatkan sinar matahari.
Pembangunan masjid menghabiskan dana sebesar Rp 7 miliar. Desain arah kiblat
dibuat terbuka dengan pemandangan alam. Saat senja, semburat matahari akan
masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu.
Dilihat
dari kejauhan, akan menghadirkan lafaz Arab yang terbaca sebagai dua kalimat
tauhid, Laailaha Ilallah Muhammad Rasulullah, yang artinya Tiada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kekuatan desain Masjid Al-Irsyad
tampak pada embedding teks kaligrafi Arab dengan jenis tulisan khat kufi.
Bentuknya, dua kalimah tauhid yang melekat pada tiga sisi bangunan dalam bentuk
susunan batu bata, yang dirancang sebagai kaligrafi tiga dimensi raksasa.
Masjid
ini mempunyai luas 1.871 meter persegi hanya memiliki tiga warna yaitu putih,
hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut menjadikan tampil lebih cantik,
modern, simpel namun tetap elegan dan enak dipandang mata.
Di
dalam interior masjid, jumlah lampu yang dipasang sebanyak 99 buah sebagai
simbol 99 nama-nama Allah atau Asmaul Husna. Masing-masing lampu yang berbentuk
kotak itu, memiliki sebuah tulisan nama Allah. Tulisan pada lampu-lampu itu
dapat dibaca secara jelas dimulai dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan
ke-99 pada sisi kiri bagian belakang masjid.
Ruang
salat di masjid mampu menampung sekitar 1.500 jamaah ini. Masjid ini tidak
memiliki tiang atau pilar di tengah untuk menopang atap, sehingga terasa begitu
luas. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang
atapnya.
Celah-celah
angin pada empat sisi dinding masjid menjadikan sirkulasi udara di ruang masjid
begitu baik, sehingga tidak terasa gerah atau panas meski tak dipasangi AC atau
kipas angin. Di Bagian imam sengaja tanpa dinding artinya menggambarkan bahwa
setiap makhluk yang salat dia akan menghadap Allah.
Lanskap
dan ruang terbuka, sengaja dirancang berbentuk garis-garis melingkar yang
mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid itu
terinspirasi dari konsep tawaf yang mengelilingi Kakbah.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar