Sabtu, 28 September 2013

Arsitektur Regional

1 comment



Regional menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah 'bersifat kedaerah' atau 'kedaerahan'. Sedangkan pada awalnya regionalisme telah dihubungkan pada “pandangan identitas” ( Frampton, dan Buchanan ). Pengertian ini timbul karena keterpaksaan menerima tekanan modernisme yang menciptakan “universalism” (Buchanan); melalaikan “kualitas kehidupan” (Spence) atau “jiwa ruang”(Yang); dan mengambil “kesinambungan” (Abel).

Arsitektur tradisional tidak menyatu dalam desain modern. Karena arsitektur tradisional mungkin memiliki karakteristik sendiri untuk setiap wilayah; menciptakan kualitas kehidupan ‘terbaik’ dalam sebuah masyarakat tradisional dan menjadi sangat responsif atas kondisi geografis dan iklim dalam suatu tempat tertentu; dan menunjukkan sebuah kesinambungan dalam hasil karya arsitektural dari masa lalu ke masa kini. Tapi bukanlah suatu cara yang sederhana untuk mengangkat arsitektur tradisional. Pengangkatan arsitektur tradisional ke dalam desain modern membutuhkan pengertian yang luas dan terbuka atas budaya internasional (Chardirji).

Berdasarkan hal diatas arsitektur regional oleh para arsitek di atas dapat disimpulkan sebuah definisi yang lebih lengkap yang mana definisi ini dapat diterima untuk segala jaman, yaitu definisi menurut Tan Hock Beng.
Berdasarkan definisi Tan Hock Beng dapat diklasifikasikan dalam 6 strategi regionalisme, yaitu :
1. Memperlihatkan identitas tradisi secara khusus berdasarkantempat/daerah dan iklim.
2. Memperlihatkan identitas secara formal dan simbolik ke dalam bentuk baru yang lebih kreatif.
3.  Mengenalnya sebagai tradisi yang sesuai untuk segala zaman.
4. Menemukan kebenaran yang seimbang antara identitas daerah dan internasional.
5.   Memutuskan prinsip mana yang masih layak/patut untuk saat ini (aktual).
6. Menggunakan tuntutan-tuntutan teknologi modern, dari hal yang tradisional digunakan sebagai elemen-elemen untuk langgam modern.

Maksud dan Tujuan Regionalisme dalam Arsitektur menurut Wiranto

Maksud dan tujuan daripada regionalisme dalam arsitektur ini adalah untuk menciptakan arsitektur yang kontekstual yang tanggap terhadap kondisi lokal. Setiap tempat dan ruang tertentu memiliki potensi fisik, sosial, dan ekonomi dan secara kultur memiliki batas – batas arsitektral maupun sejarah. Dengan demikian arsitektur regionalis seperti halnya arsitektur tropis, senantiasa mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan tempat.

Misi Regionalisme dalam Arsitektur

Regionalisme dalam ini mempunyai suatu misi yakni mengembalikan benang merah, suatu kesinambungan masa dahulu dengan masa sekarang dan masa sekarang dengan masa yang akan datang melalui kekhasan budaya yang dimiliki serta untuk mengimbangi dari kerusakan budaya akibat dari berbagai macam kekuatan sistem produksi baik rasionalisme, birokrasi, pengembangan skala besar maupun internasional style (Andy Siswanto,Ir., Msc. M. Arch dan Eko Budiharja, Prof. Ir., Msc., 1997, 130)

Sasaran Regionalisme dalam Arsitektur\

Adapun sasaran daripada Arsitektur Regionalis ini adalah Masayarakat, Para Aktor Pembangun Arsitektur dan Perkotaan baik swasta maupun aparat birokrasi pemerintah.

Sasaran bagi Masyarakat yang akan membangun
1.         Kepada masyarakat di harapkan memiliki sensifitas dalam membangun maupun menilai lingkungan di sekitarnya, yakni dengan : Penampilan bangunan rumahnya sedikit banyak mencerminkan adanya regionalisme,  Memberikan penilaian positif dan mendukung bangunan yang terdapat paham regionalisme
2.         Sasaran bagi Arsitek bangunan dan perkotaan
Sebesar apapun gerakan regionalisme tetap saja, stake holder dalam hal ini pemerintah merupakan penentu kebijakan tertinggi. oleh sebab itulah perlu usaha upaya guna menyamakan persepsi bersama antara aktor pembangun swasta maupun birokrasi pemerintah sehingga tercipkan suatu persamaan gerak dan pacuan dalam memboomingkan gagasan regionalisme ini.
3.         Sasaran bagi Tim jati diri Arsitektur
Tim jati diri merupakan tim yang memiliki kompetensi kerja dan wawasan yang cukup tinggi di harapkan mampu memberikan arahan yang tepat dalam proses gerakan Arsitektur Regionalisme ini

Arah Gerakan Regionalisme di Indonesia



Kita bisa melihat di sekeliling kita, bahwa bangunan yang kemudian di sebut sebagai bangunan yang memuat aspek – aspek regionalisme adalah bangunan – bangunan dengan bahan serta teknik modern yang beratapkan joglo atau limasan, jadi seolah – seolah penggolongan bangunan ini hanya di dasarkan pada bentuk luar bangunan serta ragam budaya tradisional yang di tawarkan dan telah dimilki oleh masyarakat sebelumnya.
Menurut Eko Budiharjo(1997), arus regionalisme di Indonesia seolah masih tergantung pada vernakularisme. gerakan regionalisme di Indonesia juga masih cenderung hanya meniru bentuk fisik, ragam dan gaya – gaya tradisional yang sudah di miliki oleh masyarakat setempat. (Intan-11512259)

Sumber: http://thebatabatastudiodesain.blogspot.com/2009/08/pengertian-arsitektur-regionalisme.html
http://prestylarasati.wordpress.com/2009/02/02/regionalisme-dalam-arsitektur/
Partanto, Pius A.1994.Kamu Kecil Bahasa Indonesia. Surabaya;Arkola

1 komentar:

  1. https://www.youtube.com/watch?v=rDARNK17DcM&feature=youtu.be

    BalasHapus